Minggu, 19 Januari 2014

PELATIHAN 16 FEBRUARI 2014



Komunitas Pecinta Tanaman Jahe Vertikultur
Bertanam Jahe dalam Polybag

TANAMAN  jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan dunia. Diekspor dalam bentuk jahe segar, kering dan segar olahan serta minyak atsiri. Berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri membuat sekelompok masyarakat penghoby tanaman jahe membentuk komunitas.
Melihat kebutuhan jahe di pasaran dalam negeri maupun luar negeri belum tercukupi, maka Senin 8 April 2013, terbentuklah komunitas masyarakat penggemar jahe vertikultur dengan nama Kelompok Tani Jahe Organik (KT JO) di Desa/Kecamatan Larangan, Brebes. Jumlah anggota kelompok ini pertama kali hanya 19 orang, namun sekarang berkembang hingga 80 orang. 
“Mereka menanam jahe berbeda-beda jenis. Ada jahe merah, jahe emprit dan jahe gajah. Untuk sementara bibit kita disuplai, di antaranya dari Balitro,” kata ketua kelompok, Kuswandi.
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris yang artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Teknik Vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertical, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertical.
Dengan demikian penanaman dengan system vertikultur dapat dijadikan alternative bagi masyarakat yang tinggal di kota maupun di desa  yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman.
Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.
Yang menarik, KTJO tidak menggunakan pola tanam tradisional yaitu tanam pada saat musim hujan dan panen saat musim kemarau. Untuk meningkatkan produktifitas, pola yang dilakukan dengan cara vertikultur intensif menggunakan media tanam organik berbungkus karung plastik. Dengan cara tersebut produksi panen bisa meningkat hingga 30 persen untuk jahe kwalitas 1 dan 3. Sementara untuk jahe kwalitas 2  peningkatannya bisa mencapai 50 persen.
“Semua sarana tanam, media, bibit disediakan dan diproduksi oleh kelompok. Yang fantastis, dengan penyemaian 200 gram bibit per polybag mampu menghasilkan 10 kilogram jahe setelah masa tanam 12 bulan,” ujar Kuswandi.
Kuswandi menjelaskan beberapa alasan penerapan vertikultur. Di antaranya memanfaatkan lahan sempit yang tidak produktif menjadi lahan sempit yang produktif . Selain itu, aplikasi vertikultur dapat menghemat pengeluaran ekonomi keluarga. Yakni dengan memiliki tanaman sayuran sendiri dan menambah nilai estetika lahan pekarangan.
“Saat ini kami telah memilki 27.600 polybag. Perkiraan panen perbulan 3.000 polybag setara 30 ton,” katanya.
Pupuk yang digunakan dalam budidaya jahe vertikulter kelompok ini adalah pupuk organik. Misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4) atau simbal.
Untuk menjaga kualitas jahe, JO bersama Asosiasi Petani dan Produsen Jahe (APPJI) melakukan pelatihan rutin. Biasanya pelatihan dilakukan setiap bulan di minggu ketiga. Selain itu karena animo masyarakat yang berminat  budidaya jahe vertkulutur cukup tinggi. Tidak sedikit peserta pelatihan berasal dari luar daerah.
“Setiap bulan kami biasanya menggelar pelatihan di minggu ketiga.” kata Ir Suranto, pembimbing tekhnis budidaya jahe vertikulture JO.
Suranto mengaku, tekhnologi vertikultur dikembangkan di Brebes. Sehingga banyak masyarakat luar Brebes atau Jawa Tengah berdatangan untuk belajar teknologi disini. Selain itu, media pelatihan juga tergolong lengkap.
Peserta selain diberikan informasi budidaya jahe vertikultur juga berkunjung langsung ke kebun jahe, dibekali satu paket sarana produksi. Berupa bibit jahe, bokasi, molase, EM4, Pupuk, ZPT dan Sirup Jahe. Mereka selanjutnya dilatih bagaimana cara pemotongan bibit yang baik, persemaian bibit, membuat bokasi, membuat arang sekam dan dilatih cara pembiakan EM4.
“Setiap pelatihan pasti ada teknologi terbarukan. Karena itu ditemukan dari pengalaman petani yang menanam jahe dan penelitian,” kata Suranto.

Bagi yang berminat mengikuti pelatihan dapat menghubungi Mobinta Kusuma (0856.4025.1605). Pelatihan diadakan setiap bulan pada hari minggu di pekan ketiga. 



Caption (Jahe) : Budidaya Jahe Organik di atas Polybag (Dok/Istimewa)
Caption (Pelatihan) :  Anggota dilatih tekhnik budidaya jahe vertikulutur untuk meningkatkan kemampuan. Satelitpost/Kuntoro Tayubi
Caption (Pembibitan): pemilihan bibit merupakan langkah yang paling penting sebelum memahami teknik budidaya. Satelitpost/Kuntoro Tayubi
Caption (kunjungan): Tim dari Balitro saat kunjungi kelompok tani Jahe Organik. Satelitpost/Kuntoro Tayubi
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar