Sabtu, 08 Juni 2013

PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas dan daya serap. Sifat kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan ketersediaan unsur hara. Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan mikroorganisme yang hidup di dalam tanah.

A. Pupuk Organik (Pupuk Alam)
Jenis-jenis pupuk organik adalah sebagai berikut:
  1. Pupuk hijau. Pupuk hijau didapatkan dari tumbuhan muda, terutama dari jenis polong-polongan (leguminose), yang dibenamkan di lahan pertanian.
  2. Pupuk kandang. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak, misalnya sapi, ayam, kambing, dan lain-lain.
  3. Kompos. Pupuk kompos diperoleh dari bahan organik limbah pertanian, misalnya jerami, batang jagung, atau sampah yang dibusukkan bersama pupuk kandang. Pupuk kompos lebih banyak digunakan untuk menyuburkan tanaman-tanaman pot atau holtikultura.
Pupuk alam dapat memperbaiki sifat-sifat fisis tanah, yaitu: struktur, tata udara, daya resap air, dan daya tahan terhadap erosi. Selain itu, pupuk alam juga membentuk humus (bunga tanah) sehingga berperan juga dalam memperbaiki sifat biologi. Selanjutnya, peruraian dari humus akan menambah ketersediaan unsur-unsur hara.

B. Pupuk Anorganik (Pupuk Buatan)
Jenis-jenis pupuk anorganik meliputi pupuk nitrogen, pupuk kalium, pupuk fosfor, pupuk, majemuk, dan pupuk daun.

Pupuk Nitrogen.
Contoh pupuk nitrogen antara lain:
  1. Urea atau CO(NH2)2 yang memiliki kadar Nitrogen 45-46%,
  2. ZA (Zwavelvuur Amonium) atau (NH4)2SO4 yang memiliki kadar Nitrogen 20,5-21%,
  3. Sendawa Chili atau NaNO3 yang memiliki kadar nitrogen 15%, dan
  4. Amonium Nitrat atau NH4NO3 yang memiliki kadar nitrogen sebesar 35%.
Jenis pupuk nitrogen yang paling banyak dipakai adalah ZA dan Urea.

Pupuk Fosforus.
Contoh pupuk fosforus adalah:
  1. Superfosfat tunggal (ES= Engkel Superfosfat) yang memiliki kadar P2O5 sebesar 5%,
  2. Superfosfat rangkap (DS= Double Superfosfat) yang memiliki kadar P2O5 sebesar 30%,
  3. Superfosfat Triple (TS= Triple Superfosfat) dengan kadar P2O5 sebesar 45%.
Dari ketiga jenis pupuk fosfor di atas, yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah jenis TS.

Pupuk Kalium.
Contoh pupuk kalium adalah:
  1. Kalium Klorida atau KCl yang memiliki kadar K2O sebesar 50%, dan
  2. Kalium Sulfat (ZK= Zwavelvuur Kali) dengan kadar K2O sebesar 50%.
Pupuk Majemuk.
Pupuk Nitrogen, Pupuk Phosphor, dan Pupuk Kalium adalah jenis pupuk tunggal. Ketiganya disebut sebagai pupuk tunggal karena hanya mengandung satu jenis unsur hara primer. Sedangkan pupuk majemuk mengandung lebih dari satu jenis unsur hara primer.
Contoh pupuk majemuk adalah:
  1. Pupuk NPK yang mengandung amonium nitrat (NH4NO3),
  2. Amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan Kalium Klorida (KCl).
Kadar masing-masing unsur dinyatakan dengan suatu angka. Contoh: Pupuk NPK 10-15-20, berarti mengandung 10% nitrogen (sebagai N), 15% fosfor (sebagai P2O5), dan 20% Kalium (sebagai K2O).
Setiap jenis tanaman memerlukan N, P dan K dengan perbandingan tertentu. Oleh karena itu, penggunaan pupuk majemuk disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan dipupuk.

Pupuk Daun.
Pupuk daun diberikan kepada tanaman dengan cara disemprotkan pada daun sehingga terserap secara osmosis ataupun difusi melalui stomata (mulut daun). Pupuk daun biasanya mengandung unsur hara, namun terkadang mengandung vitamin, hormon dan zat tumbuh.
Contoh pupuk daun:
  1. Wuxal dengan kandungan 9% N, 9% P2O5, 7% K2O, Fe, Mn, B, Zn, Mo, vitamin dan hormon tumbuh.
  2. Contoh pupuk daun yang kedua adalah Baypolan yang mengandung 11% N, 10% P2O5, 6%K2O, Fe, Mn, Cu, Zn, dan Mo

Oleh:
Ketua Kelompok Tani Jahe Organik
Sekretariat:
Jl. Makam Kali Ancol No. 1 Ds. Larangan Kec. Larangan Kab. Brebes
Jawa Tengah Indonesia 52262
Telp. (0283) 6183722
HP : 081327331338, 087730142900, 085642794282




Jumat, 07 Juni 2013

Jahe Merah Varietas Jahira 1

Deskripsi:
Habitat tanaman tanaman tegak, tinggi tanaman 55,54 cm, jumlah batang/anakan 12, 39, tipe pertumbuhan daun paling atas miring, bentuk tanaman bulat agak pipih, warna batang hijau, warna pangkal batang merah cerah, diameter batang utama 0,93 cm.

Daun:
Permukaan daun licin tidak berbulu, pinggir daun rata, ujung daun meruncing, tangkai daun pipih, warna daun tua hijau tua, warna daun muda hijau muda, bentuk helai daun lanset, aroma daun keras, jumlah daun pada batang utama 16, 47, panjang daun 25,85 cm, lebar daun 2,87 cm, bentuk bunga silinder/tabung.  

Rimpang:
Berat rimpang 432 g/rumpun, produktivitas rimpang 12, 11 ton/ha, ripe rimpang lurus, pertumbuhan rimpang dalam, warna kulit rimpang merah, tekstur permukaan rimpang kasar, warna merah pada pangkal tunas sangat jelas, jumlah anak rimpang (propagul) 20,91 (banyak), ukuran anakn rimpang 2,62 cm (besar), warna daging rimpang putih keabuan, waktu luruh daun lebih dari 8 bulan, umur panen>9 bulan. Mutu: Kadar minyak atsiri 3,41 %. kadar pati 42,74 %. kadar serat 6, 69 %. kadar sari dalam air 19, 73 %. kadar sari dalam alkohol 7, 93 %. kadar fenol 2, 77 %. kadar abu 7, 56 %.

Agroekologi yang dianjurkan:
Daerah dengan ketingggian 350-800 m dpl, tipe iklim A dan B (Schamit & Ferguson), jenis tanah latosol merah.

Saran Penggunaan:
Produksi rimpang, industri minyak atsiri dan obat bahan alam (fenol).

Oleh:
Ketua Kelompok Tani Jahe Organi
Sekretariat:
Jl. Makam Kali Ancol No. 1 Ds. Larangan Kec. Larangan Kab. Brebes Jawa Tengah Indonesia 52262
Telp. (0283) 6183722
HP. 081327331338, 087730142900, 085642794282

Cara Budidaya Jahe Emprit Dalam Polybag/Karung Beras Yang Benar Agar Jahe Tumbuh Subur

Jahe emprit merupakan salah satu jenis jahe yang ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan jahe merah dan jahe gajah. Saat ini permintaan pasar terhadap jahe memang cukup tinggi karena tidak hanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri saja tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia. Tanaman jahe masuk dalam kategori tanaman obat dan temu – temuan atau rimpang dimana tanaman ini sebenarnya sejenis dengan tanaman temulawak, kunyit, dan temu – temuan lainnya. Cara budidaya jahe emprit dalam polybag saat ini memang banyak diminati apalagi semakin terbatasnya lahan yang ada saat ini membuat budidaya jahe menjadi lebih sulit. Oleh sebab itulah polybag merupakan salah satu tempat yang tepat untuk bercocok tanam jahe emprit dan membudidayakannya. Cara menanam jahe emprit dalam polybag sebenarnya tidaklah sulit. Cara tanam jahe emprit hampir sama dengan penananaman jahe di tempat lain. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang cara budidaya jahe emprit, berikut ini langkah – langkahnya.
Pemilihan Bibit
Tips pemilihan bibit merupakan langkah yang paling penting sebelum memahami teknik budidaya tanaman jahe emprit. Bibit jahe dapat diperoleh dari perkebunan atau pembibitan jahe emprit yang sudah ada. Saat memilih bibit, pilihlah bibit jahe yang bagus dan berkualitas. Pastikan bahwa tanaman jahe memiliki varietas tinggi yaitu dapat tumbuh tinggi dan menghasilkan jahe yang berkualitas atau tidak cacat.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang harus dipersiapkan untuk pohon jahe polybag. Jumlah polybag harus disesuaikan dengan jumlah bibit jahe yang akan ditanam. Setelah polybag disiapkan, langkah selanjutnya adalah menyiapkan media tanam berupa tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang. Tanah yang bagus untuk menanam jahe emprit adalah tanah yang gembur dan sedikit berpasir sehingga memudahkan tanaman jahe untuk lebih cepat tumbuh dan berkembang. Polybag yang digunakan untuk menanam bibit jahe juga harus besar yaitu berukuran 60 x 40 cm karena jahe akan tumbuh besar dan memerlukan banyak tempat untuk pertumbuhan rimpangnya.
Penanaman
Teknik menanam bibit jahe sebaiknya ditanam sedalam 5 sampai 7 cm dengan tunas bibit yang menghadap ke atas. Jangan sampai terbalik karena bisa menghambat pertumbuhan tanaman jahe.  Penanaman bibit jahe sebaiknya dilakukan saat musim penghujan sehingga Anda tidak perlu repot – repot untuk menjaga kelembaban bibit jahe yang baru ditanam tersebut.
Perawatan
Pohon jahe yang sudah ditanam di dalam polybag memerlukan perawatan yang cukup rutin agar hasil panen jahe emprit dapat memuaskan. Berikut ini langkah perawatan dalam cara budidaya jahe emprit dalam polybag.
  • Penyiraman
    Tanaman jahe di dalam polybag harus disiram secara teratur setiap hari yaitu pagi dan sore. Pastikan tanah di dalam polybag tidak sampai kekeringan dan selalu berada dalam keadaan lembab sehingga tanaman jahe tidak akan mati.
  • Pemupukan
    Selain disiram, tanaman jahe dalam polybag juga harus dipupuk. Pupuk yang dianjurkan adalah pupuk kandang beruba kotoran domba atau kotoran sapi. Beri pupuk setiap polybag setelah tanaman mulai tumbuh. Kemudian setelah tanaman memasuki bulan keempat, tanaman jahe bisa diberi pupuk kandang agar lebih subur.
  • Menyiangi gulma
    Dalam polybag, biasanya akan ada rumput –  rumput penganggu yang tumbuh dalam polybag. Hal ini akan menganggu pertumbuhan jahe dan rimpangnya. Oleh sebab itu, penyiangan gulma sebaiknya dilakukan secara intensif. Gulma biasanya banyak tumbuh saat tanaman jahe mulai berumur 6 bulan. Namun, penyiangan sebaiknya mulai dilakukan saat tanaman jahe berumur 4 bulan agar tidak merusak akar yang nantinya dapat merusak benih – benih jahe.
  • Penyulaman
    Menyulam tanaman jahe yang tidak tumbuh dapat dilakukan saat bibit jahe berumur 1 bulan setelah tanam dengan benih cadangan yang telah disemaikan
  • Pembubunan
    Pembubunan atau pendangiran dilakukan saat tanaman telah berbentuk rumpun dengan empat atau lima anakan. Hal ini dilakukan agar rimpang jahe emprit selalu tertutup tanah. Dengan adanya pembumbunan, drainase juga akan selalu terjaga.
  • Pengendalian hama tanaman
    Pengendalian hama dapat dilakukan sesuai keperluan. Biasanya penyakit utama pada jahe emprit adalah busuk rimpang yang disebabkan karena bakteri Ralstonia solanacearum. Saat ini masih belum ada cara pengendalian yang memadai. Cara pencegahannya adalah perlakuan benih sehat, penggunaan benih sehat, perglran tanaman, pembuatan irigasi, dan penyiangan gulma. Tanaman yang diserang bakteri sebaiknya segera dicabut dan dibakar agar serangan bakteri tidak meluas.
Demikian cara budidaya jahe emprit dalam polybag yang dapat Anda lakukan sebagai alternatif untuk membudidayakan jahe di tempat yang terbatas.

Oleh:
Ketua Kelompok Tani Jahe Organik
Sekretariat:
Jl. Makam Kali Ancol No. 1 Ds. Larangan Kec. Larangan Kab. Brebes
Jawa Tengah Indonesia 52262
HP : 081327331338, 087730142900, 085642794282